Kamis, 21 Oktober 2010

RUSIA

Arms of the Russian Imperial Family.

Postby Tyskaorden2 on 12 Oct 2008, 19:55

From the site http://www.heraldicum.narod.ru/ information about the Arms of the Russian Imperial Family - the Romanovs. In the middle of the 19th Century the Armorial use of the various members of the Romanov Family as well as the Dynastic Arms of the Family was laid down. On 8 December 1856 the Emperor approved the various Arms of the Family. But only the following Year it was made public in Law No. 31720.

Image
Ancestral Arms of the Romanov Dynasty.

Image
Greater Personal Arms of the Emperor.

Image
Lesser Personal Arms of the Emperor.
Tyskaorden2
Forum Staff
Sweden
Posts: 1290
Joined: 28 Jan 2008, 20:25

Re: Arms of the Russian Imperial Family.

Postby Tyskaorden2 on 14 Oct 2008, 12:24

Image
Greater Arms of the Heir to the Throne Cesarevitch and Grand Duke Alexey Nikolayevich, granted 10 May 1905.

Image
Lesser Arms of the Heir to the Throne.

Image
Greater Arms of the Empress Alexandra Fedorovna (Wife of Nicholas II), granted on 18 March 1895 and combindes the arms of Russia and those of Hesse (The Empress belonged to the Grand Ducal House of Hesse).

Image
The simplifyed Greater Arms of the Empress, granted 22 Janaury 1898.

Image
Greater Arms of the Mother of Nicholas II Empress Maria Feodorovna (born Princess Dagmar of Denmark hence the Royal Arms of Denmark) She lived 1847-1928, the last years in exile in Denmark having escaped the revolutionaries onboard a British Battleship.

Image
Lesser Arms of a Empress, here Maria Alexandrovna (1824-1880, married to Alexander II 1855-1880). She to was born a Princess of Hesse, hence the Hessian Lion (NB without the Sword).
Tyskaorden2
Forum Staff
Sweden
Posts: 1290
Joined: 28 Jan 2008, 20:25

Re: Arms of the Russian Imperial Family.

Postby Tyskaorden2 on 22 Nov 2008, 14:09

Image
Greater Arms of Younger Sons of the Emperor. The Lesser Arms was the same as the Heir to the Throne but the shield had a Black border charged with silver and gold Lion's Heads.

Image
In 1857 the "Special Signs" of certain members of the Imperial Family was approved. Above is shown the Anchors of Grand Duke Constantin Nikolayevich signifying his position as General Admiral. The Grand Duke Nikolai Nikolayevich had two crossed Pole Axes behind his Shield signifying his position as Inspector-General of Engineers. Grand Duke Mihail Nikolayevich hade two crossed Gun Barrels denoting his position as Ordnance-General.

Image
Grandsons of the Emperor.

Image
Great-grandsons of the Emperor.

Image
Great Arms of the Sons of Great-Grandsons of the Emperor.
Tyskaorden2
Forum Staff
Sweden
Posts: 1290
Joined: 28 Jan 2008, 20:25

Re: Arms of the Russian Imperial Family.

Postby Greyhound on 03 Jan 2009, 15:30

Fascinating but I find such elaborate and cluttered achievements excessively ostentatious and impractical.

I know they're important people, but there are limits!
User avatar
Greyhound
Member
United  Kingdom
Posts: 36
Joined: 03 Jan 2009, 15:00
Location: West Midlands, England

Re: Arms of the Russian Imperial Family.

Postby Tyskaorden2 on 05 Jan 2009, 23:52

Well as for Monarchs there developed a rather elaborate style of heraldry during the times. This is not only in Russia but all over Europe, one example is the Greater Arms of the King of Prussia who had 48 Fields and three ineschutcheons representing the territories he ruled. One can understand that there also was a Middle and a Lesser Arms.

Image
The Greater Arms of the King of Prussia by Hugo Gerard Ströhl. Picture from http://www.hot.ee/wappenrolle/ Sorry for the large size.
Tyskaorden2
Forum Staff
Sweden
Posts: 1290
Joined: 28 Jan 2008, 20:25

Re: Arms of the Russian Imperial Family.

Postby David Pritchard on 18 Sep 2009, 05:46

Tyskaorden2 wrote:Image
Ancestral Arms of the Romanov Dynasty.


These arms were desinged in 1856 and revised in 1909*. They might better be described as those of the Imperial House of Romanov-Holstein-Gottorp.

*Lebedev, Vladimir Dergeavnie Orel Rossia Rodina Publishers, Moscow, 1992.
David Pritchard
Member
United  States
Posts: 24
Joined: 18 Sep 2009, 02:41
Location: Florida, USA

Re: Arms of the Russian Imperial Family.

Postby David Pritchard on 18 Sep 2009, 06:09

Tyskaorden2 wrote:Image
Great Arms of the Sons of Great-Grandsons of the Emperor.


The system for more distant members of the Imperial House is actually more complicated than that described on the earlier referenced website. The arms depicted above are the greater coat-of-arms of the younger sons of grandsons of the Emperor in the direct male line with the title of Princes of the Imperial Blood and the style of Serenity. The eldest son of each of the grandsons of the Emperor in the direct male line had different greater and lesser arms. The greater arms included a golden Imperial Pavillion (rather than the manteau shown above) semey of black Russian eagles llined with ermine and supported by a pair of golden griffins. These eldest sons of the grandosons of the Emperor held the title of Princes of the Imperial Blood and the style of Highness*.

Selasa, 19 Oktober 2010

Raja Faisal bin 'Abd al 'Aziz Al Sa'ud

Faisal bin 'Abd al 'Aziz Al Sa'ud (1906-25 Maret 1975) (bahasa Arab: فيصل بن عبدالعزيز آل سعود) adalah Raja Arab Saudi yang menjabat mulai tahun 1964 hingga tahun 1975.


Prince Faisal (circa 1941)

Raja Faisal lahir di Riyadh dan merupakan anak keempat Raja Abdul Aziz Al Saud. Raja Faisal memerintah sekumpulan laskar dan berhasil memenangkan pertempuran di Hijaz. Oleh karena itu, ia dilantik menjadi Gubernur Hijaz pada tahun berikutnya. Setelah Arab Saudi didirikan, dia diberi jabatan Menteri Luar Negeri Arab Saudi pada tahun 1932.

Setelah resolusi PBB mengenai pemecahan Palestina dan pendirian Israel, Pangeran Faisal (masih belum menjadi raja) mendesak ayahandanya supaya memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat, tetapi desakannya itu ditolak. Selepas skandal keuangan Raja Saud, Pangeran Faisal dilantik menjadi pemerintah sementara. Pada tanggal 2 November 1964, ia dilantik menjadi raja setelah Raja Saud melarikan diri ke Yunani.

Raja Faisal melakukan banyak reformasi sewaktu menjadi raja, diantaranya adalah memperbolehkan anak-anak perempuan bersekolah, televisi, dan sebagainya. Usahanya ini mendapat tentangan dari berbagai pihak karena perkara-perkara ini dianggap bertentangan dengan Islam. Ia berasa amat kecewa saat Israel memenangkan Perang Enam Hari pada tahun 1967.

Pada tahun 1973, Raja Faisal memulai suatu program yang bertujuan untuk memajukan kekuatan tentara Arab Saudi. Pada tanggal 17 Oktober 1973, ia tiba-tiba menghentikan ekspor minyak Arab Saudi ke pasaran internasional yang menyebabkan harga minyak melambung tinggi.

Daftar Isi:
1. Pembunuhan
2. Keluarga
3. Lain-lain

1. Pembunuhan

Pada tanggal 25 Maret 1975, Raja Faisal ditembak mati oleh anak adiknya, yaitu Faisal bin Musad. Menurut spekulasi yang merebak, ia ingin membalaskan dendam atas kematian saudaranya akibat perbuatan pasukan keamanan pada tahun 1965. Walaupun sempat dicurigai adanya teori konspirasi, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa Pangeran Faisal bin Musad bertindak sendirian.

Pangeran Musad menyamar sebagai seorang delegasi Kuwait yang menunggu untuk bertemu dengan Raja Faisal. Saat Raja Faisal berjalan ke arahnya untuk menyambut, Pangeran Faisal bin Musad mengeluarkan sepucuk pistol dan kemudian menembakkannya ke tubuh Raja Faisal sebanyak tiga kali.

Pangeran Faisal bin Musad lalu ditangkap, tetapi ternyata dinyatakan tidak waras. Ia kemudian didakwa bersalah dan dipancung di depan umum di Riyadh. Adapun kedudukan Raja Faisal digantikan oleh adiknya, Pangeran Khalid.

2. Keluarga

Anaknya, Pangeran Khalid, adalah Gubernur 'Asir di barat daya Arab Saudi.

3. Lain-lain

Kota Lyallpur di Pakistan dinamakan kembali menjadi Faisalabad pada tahun 1979. Masjid Faisal di Islamabad, Pakistan, juga dinamakan berdasarkan nama Raja Faisal.

SEJARAH
Faisal Ibnu Abdul Azis

Raja Faisal adalah kepala negara Arab Saudi yang paling populer hingga saat ini. Dia pernah dinobatkan sebagai Man of the Year 1974 versi majalah TIME, sebuah media massa terkemuka di Amerika Serikat. Namun penobatan itu bukan lantaran Faisal disenangi publik Amerika, tapi sebaliknya dia adalah orang yang pernah bikin pusing pemerintah Amerika, bahkan hampir membuat negara itu lumpuh akibat embargo minyak yang diprakarsainya.
Nama lengkapnya adalah Faisal Ibnu Abdul Aziz Ibnu Abdul Rahman Ibnu Faisal As-Saud. Ia dilahirkan pada bulan April 1906. Faisal adalah putra Raja Abdul Azis ibnu Saud pendiri dinasti Saudiyah di Jazirah Arab, sekaligus pendiri Kerajaan Arab Saudi pada tahun 1932.
Faisal juga keturunan langsung Muhammad bin Abdul Wahhab, pendiri paham keagamaan Wahabiyah, melalui ibunya. Wahabiyah adalah suatu gerakan reformasi dan purifikasi keagamaan Islam yang menjadi penyokong utama Raja Abdul Aziz saat mendirikan Kerajaan Arab Saudi.
Pendidikan Faisal terutama adalah pendidikan agama. Di antara keluarganya dia tergolong menonjol. Debut pertamanya adalah saat di masa remajanya, yakni saat berumur 13 tahun, Faisal berkesempatan menjadi orang pertama dalam keluarganya yang mengunjungi Inggris dan Perancis, selepas Perang Dunia I. Di sana ia dianugerahi medali St. George dan medali St. Michael dari Raja Inggris.
Pada umur 16 tahun Faisal dipercaya menjadi pemimpin sebuah ekspedisi untuk menumpas pemberontakan sebuah suku di Asir, Hijaz bagian Selatan. Kemudian pada umur 19 tahun ia menjadi komandan pasukan yang merebut kota Jeddah dari suku Hashemit, rival dinasti Arab Saudi.
Ayahnya mengangkat Faisal menjadi Raja Muda Hijaz pada tahun 1926. Setelah itu pada tahun 1930 ia diangkat menjadi menteri luar negeri. Faisal mencapai puncak karir militernya pada tahun 1934 dengan suatu kenaikan pangkat yang cepat setelah merebut pelabuhan Hoderida selama perang singkat melawan Yaman.
Ia pergi ke Amerika Serikat untuk pertama kalinya pada saat dimulainya Perang Dunia II. Faisal kembali setelah perang itu berakhir tahun 1945. Ia ikut berpartisipasi dalam peristiwa pendirian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di San Fransisco pada tanggal 24 Oktober 1945 sebagai wakil Arab Saudi.
Ketika ayahnya, Abdul Azis, wafat pada tahun 1953, kakak Faisal yang bernama Saud menggantikannya. Faisal menjadi putra mahkota Saud. Setahun kemudian, tepatnya tahun 1954, Faisal diangkat menjadi Perdana Menteri.
Sebuah krisis keuangan pemerintah yang parah pada tahun 1958 mendorong pengalihan kekuasaan administratif secara penuh kepada Faisal. Sehingga Saud hanya sebagai simbol saja.
Pada tahun 1964, akhirnya Saud diturunkan dari tahtanya, digantikan Faisal. Raja baru ini kemudian bekerja dengan penuh semangat mempersatukan dunia Islam dan dunia Arab, sehingga menjadi pemimpin yang menonjol di dunia Islam dan dunia Arab.
Salah satu peran pentingnya adalah turut membidani lahirnya Organisasi Konferensi Islam (OKI). Ini didorong oleh keinginannya yang kuat untuk mempersatukan dunia Islam dan mempererat ukhuwah Islamiyah.
Faisal dikenal sebagai raja yang shalih dan sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Salah satu langkah awal dari program Faisal untuk mensejahterakan rakyatnya adalah me-'rumah'-kan rakyatnya. Hal ini karena mayoritas rakyatnya adalah orang-orang Badwi yang memiliki pola hidup nomaden (berpindah-pindah tempat tinggal) di padang pasir. Faisal berpendapat cara hidup seperti ini susah untuk membuat orang sejahtera.
Untuk itu Faisal membangun prasarana berupa jalan beraspal, perumahan yang layak dan membuka lapangan pekerjaan di berbagai bidang untuk seluruh rakyatnya. Faisal juga membuat pembaharuan dalam bidang pendidikan. Tadinya perempuan tidak diberi kesempatan memasuki sekolah. Sejak zaman pemerintahan Faisal perempuan didorong untuk sekolah. "…untuk pertama kali kita mendorong anak-anak perempuan untuk belajar di sekolah negeri," kata Raja Faisal, seperti dikutip majalah National Geographic, edisi Januari 1966.
Dengan dibuatnya jalan-jalan aspal modern di gurun-gurun pasir Arab Saudi maka perjalanan di gurun menjadi jauh lebih singkat. Sebuah perjalanan yang sebelumnya ditempuh 3-4 hari menjadi menjadi hanya 6-7 jam. Tentu saja ini jadi semakin menggerakkan roda ekonomi. Lalu lintas pun jadi semakin ramai. Gedung-gedung, apartemen-apartemen, dan hotel-hotel berdiri dalam waktu singkat. Pemandangan itu jadi mendominasi langit Makkah, Madinah, Jeddah, dan Riyadh.
Pada masa awal pemerintahan Faisal itu pula ditemukan ladang-ladang minyak baru di perairan Arab Saudi, terutama di lepas pantai kota Dahran. Penempuan ini jelas berdampak positif bagi program pembangunan yang dicanangkan Raja Faisal. Penemuan emas hitam itu membenarkan janji Allah dalam Al-Quran, "Jika penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, Allah akan menurunkan berkah dari langit dan bumi."
Sejak itu Arab Saudi menjadi negara dengan sumber minyak bumi terbesar di dunia. Seluruh Timur Tengah pada tahun 1968 menghasilkan 3,8 milyar barel pertahun, terbesar di dunia. Cadangan minyak yang belum digali ada 248 milyar barel. Saingan terdekatnya adalah Afrika yang cadangan minyaknya 42,5 milyar barel.
Keadaan itu menjadikan negara-negara di kawasan Timur Tengah mempunyai posisi tawar tinggi dalam politik ekonomi minyak melawan Uni Sovyet dan Amerika. Inilah yang disebut senjata minyak, karena konsumsi minyak tertinggi adalah negara-negara industri yaitu Amerika, Jepang dan benua Eropa.
Dalam perang Enam Hari antara negara-negara Arab melawan Israel pada bulan Juni 1967, Arab Saudi tidak melibatkan tentaranya. Namun pemerintah negeri itu memberikan subsidi ekonomi yang tinggi kepada negara-negara Arab yang memerangi Israel, yakni Mesir, Yordan dan Suriah.
Pada Perang Yom Kippur tahun 1973, perang besar kedua antara Arab Israel, Arab Saudi kembali mengambil peran besar dalam mendanai perang itu. Perang itu disebut Perang Yom Kippur karena peperangan itu terjadi pada saat hari raya umat Yahudi, Yom Kippur. Kadang disebut juga Perang Badar Baru karena terjadi pada bulan Ramadhan.
Berkat dukungan itu, pasukan Mesir yang terdiri ari sukarelawan Ikwanul Muslimin dan tentara reguler Mesir menghasilkan kemenangan yang gilang-gemilang. Pasukan Israel terpukul mundur dari tepi timur Terusan Suez dan terpukul mundur pula dari sebagian Jazirah Sinai.
Kemenangan ini juga berkat strategi yang hebat. Pada saat pasukan Mesir menyerang dari arah Barat, pada saat yang sama tentara Irak dan Yordania menyerang dari arah timur, tentara Suriah dan Libanon dari arah utara, serta mujahidin Palestina dari dalam kota-kota di wilayah pendudukan Israel. Sebagian besar biaya perang ini ditanggung oleh Arab Saudi.
Karena Amerika Serikat dan negara-negara industri Eropa diketahui menjadi pendukung penuh Israel, Raja Faisal kemudian menggunakan minyak sebagai salah satu senjata perangnya. Ia memimpin embargo minyak kepada negara-negara Barat.
Akibatnya industri dan transportasi di negara Barat menjadi kacau. Rakyat Amerika dan Eropa mengantri panjang untuk mendapatkan BBM. BBM dijatah seperti Indonesia pada masa krisis. Akibatnya Amerika terpaksa menghentikan sementara bantuannya kepada Israel.
Untuk mengatasi krisis Presiden AS Richard Nixon sampai turun tangan langsung. Ia segera mengunjungi Raja Faisal di negaranya pada bulan Juni 1974 dan memintanya menyerukan penghentian embargo minyak dan perang Arab-Israel. Dengan penuh izzah Raja Faisal berkata, "Tidak akan ada perdamaian sebalum Israel mengembalikan tanah-tanah Arab yang dirampas pada tahun 1967!" Alhasil Nixon pulang ke negaranya dengan tanpa hasil.
Penolakan itu jelas membuat Amerika merasa geram. Diam-diam mereka merencanakan sebuah operasi untuk menyingkirkan Raja Faisal. Pada tanggal 25 Maret 1975 Faisal wafat, dibunuh oleh keponakannya sendiri di istananya. Penyelidikan resmi menyatakan pembunuhan itu dilakukan sendiri. Namun banyak orang yakin, Amerika dengan CIA-nya berperang sebagai dalang pembunuhan itu.
Selamat jalan wahai raja yang adil dan pemberani. Semoga Allah menempatkan engkau bersama para syuhada di surga-Nya. Wallahu a'lam bish-shawab. (Agung Pribadi/SHW).

ARAB SAUDI

Labbaikallah humma labbaik, aku datang memenuhi panggilanmu Ya Allah”.



Setiap orang mungkin mampu berangkat ke luar negeri, namun khusus ke negeri yang satu ini butuh lebih dari sekedar biaya. Ya, apalagi kalau bukan panggilan dari Sang Maha Pencipta untuk berangkat melaksanakan haji ataupun umroh ke tanah suci di Arab Saudi. Namun tulisan di bawah hanya akan menceritakan perjalanan umroh.

Berbeda dengan negeri lainnya di seluruh dunia, Arab Saudi memiliki dua jenis tanah untuk dipijak, yakni tanah haram dan tanah halal. Istilah haram merujuk pada kota Mekkah dan Madinah dimana haram hukumnya bagi selain umat Islam menginjakkan kakinya di tanah ini. Adapun tanah halal berlaku selain dua kota tersebut seperti Jeddah dan Riyadh untuk dipijak bagi seluruh umat beragama.




Pembagian ini memang bukannya tanpa sebab. Tak lain dan tak bukan untuk menjaga kesucian kota Mekkah dan Madinah dari umat selain Islam. Telah banyak kabar beredar usaha beberapa orang non muslim mencoba memasuki tanah haram, namun sia-sia belaka karena adanya campur tangan dari langit yang menggagalkan.

Perjalanan udara dari Jakarta menuju Jeddah biasanya ditempuh dalam waktu lebih dari 8 jam. Jangan khawatir untuk ketinggalan informasi waktu berbuka puasa dan sholat, mengingat kru pesawat akan memberitahu kepada para penumpang informasi ini baik secara lisan maupun rekaman video di pesawat.

Saat tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah segeralah mencocokkan jam tangan, mengingat terdapat perbedaan waktu dimana Arab Saudi lebih lambat 4 jam daripada Indonesia. Imigrasi Arab Saudi akan mengecek seluruh kelengkapan dokumen, termasuk bukti telah mendapat vaksin meningitis. Meski hal ini masih mendatangkan pro kontra, alangkah lebih baiknya tetap mendapat bukti ini sebagai syarat masuk ke gerbang tanah suci. Dan jangan lupa pula, bagi wanita harus didampingi pendamping atau muhrimnya saat diperiksa imigrasi. Sesungguhnya, cobaan beribadah telah dimulai di bandara ini mengingat lamanya antrian yang bisa memakan waktu hingga 2 jam. Namun, nikmatilah cobaan tersebut sebagai bagian dari ibadah.

Selesai pemeriksaan maka tiba waktunya melanjutkan perjalanan darat menggunakan bis menuju Madinah. Waktu tempuh sekitar 5 jam bisa dilewatkan dengan tidur. Hal ini dimaksudkan agar badan lebih bugar saat beribadah di Madinah nanti. Sesampainya di Madinah Al Munawwaroh, hal pertama yang akan dilihat adalah keramaian jamaah yang berbondong-bondong menuju Masjid Nabawi.

Bila fisik telah kembali segar, maka segeralah beribadah menuju Masjid Nabawi. Ada baiknya bagi pria untuk mengenakan pakaian menutupi seluruh badan dengan maksud selain menjaga aurat, juga mengurangi sengatan matahari yang amat panas. Bahkan bila perlu gunakan surban penutup kepala dan kacamata hitam agar tidak silau melihat serba putihnya pakaian para jamaah. Bagi wanita, ada baiknya menyimpan gamis atau pakaian serba hitam. Mengingat ada kalanya perlakuan asykar (petugas keamanan) wanita di dalam masjid lebih condong memprioritaskan mereka yang berpakaian serba hitam dari Iran, negara yang sangat disegani di Timur Tengah.

Jangan pernah lupa untuk senantiasa menghapalkan dari gerbang mana kita memasuki pelataran kompleks masjid. Hal ini dimaksudkan agar tidak tersesat saat kembali menuju penginapan. Untuk itu setiap gerbang selalu ada nomer yang bisa dihapalkan. Maklumlah luas pelataran kompleks masjid saja bisa mencapai 135 ribu meter persegi.

Pintu masuk wanita dan pria terpisah, namun jangan khawatir untuk bertemu sesudah beribadah di dalam masjid. Terdapat payung-payung raksasa menaungi halaman kompleks masjid yang biasanya dijadikan tempat berteduh sekaligus bertemu. Payung-payung ini sebenarnya akan digunakan saat musim haji untuk menaungi banyaknya jamaah yang datang meluber hingga ke halaman dan jalan-jalan. Masjid Nabawi sanggup menampung jamaah antara 600 ribu hingga satu juta jamaah di musim haji.

Alas kaki bisa ditenteng masuk ke dalam masjid untuk diletakkan di rak alas kaki yang memang tersedia. Cukup dengan mengingat dimana letak alas kaki, maka hati tenang beribadah tanpa takut kehilangan alas kaki. Ada baiknya pula membawa botol minuman kosong untuk diisikan air zam zam yang tersedia di dalam masjid. Kelak ini sangat berguna mengingat tidak tersedianya air minum di penginapan. Jadi banyak-banyaklah menampung air zam-zam dengan botol bawaan.

Sungguh tiada tara perasaan selain haru saat masuk dan beribadah dalam Masjid Nabawi. Masjid ini dibangun langsung oleh tangan Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya di saat awal kedatangan beliau di Madinah. Itu pula sebabnya sebuah riwayat dari Jabir r.a bersabda nabi bahwa keutamaan shalat di Masjid Nabawi pahalanya seribu kali dibanding masjid biasa. Tak terhitung berapa kali renovasi dan perluasan masjid dilakukan. Sejak zaman Khalifah Umar bin Khattab, Kesultanan Ottoman, hingga Kerajaan Saudi. Bila dibandingkan, luas bangunan masjid ini mencapai 100 kali lipat dari bangunan aslinya.

Satu tempat di dalam Masjid Nabawi yang sangat diburu banyak jamaah adalah ‘Raudlah’ yang bermakna taman surga. Seluruh umat Islam percaya di tempat kecil dan sempit inilah doa yang dipanjatkan akan mustajab dikabulkan Allah SWT. Kelak, taman ini pula yang akan terangkat ke surga. Tak heran berbondong-bondong orang ingin beribadah dari mulai berdoa hingga shalat di tempat ini. Jangan pernah marah atau tersinggung bila shalat di sini selalu dilangkahi bahkan ditendang jamaah lain,mengingat sempitnya raudlah. Untuk membedakan raudlah dari tempat lainnya bisa dilihat dari warna hijau karpet, yang terlihat berbeda dengan warna merah karpet masjid secara keseluruhan.

Di raudlah pula terdapat mimbar yang pernah digunakan baginda nabi berkhutbah saat shalat Jumat. Mimbar nabi hanya bisa dilihat oleh jama’ah pria saja karena terletak di raudhah yang masuk area sholat untuk jama’ah pria. Namun di masa Rasulullah, bentuk mimbarnya tidak seperti sekarang. Bentuk aslinya terbakar saat Masjid Nabawi terbakar tahun 1256 Masehi. Mimbar yang ada saat ini merupakan hadiah dari Raja Arab Saudi di tahun 1404 Hijriyah.

Persis di samping raudlah terdapat makam Rasulullah SAW beserta sahabatnya Abu Bakar dan Umar Bin Khattab. Berdoa pun boleh dilakukan di depan makam ini sepanjang tidak dilakukan hingga meratap. Siapapun yang merindukan Rasulullah pasti akan menangis terharu di depan makam beliau. Dahulu makam inilah yang menjadi rumah Nabi, namun karena perluasan masjid maka makam ini masuk ke dalam bangunan masjid. Bagi mereka yang ingin mendokumentasikan ke dalam foto bahkan video sangat bisa dilakukan sepanjang tidak terlihat oleh asykar atau petugas keamanan.

Ziarah ke Madinah atau yang dahulu bernama kota Yathrib ini bukan hanya dapat dilakukan di Masjd Nabawi. Beberapa situs bersejarah yang dapat dikunjungi antara lain adalah Jabal Uhud atau Bukit Uhud. Di sinilah pernah terjadi Perang Uhud tahun 3 Hijriah atau 625 Masehi dimana pasukan muslim dikalahkan pasukan kafir. Para syuhada yang gugur dimakamkan di sini, salah satunya terdapat paman Nabi yakni Hamzah bin Abdul Muthalib. Begitu berdukanya Rasulullah atas gugurnya Hamzah, sehingga beliau selalu datang berziarah ke makam ini setiap tahun. Bagi para peziarah bisa berdoa di sekeliling makam yang dipagari. Untuk itu, pemerintah kerajaan telah mencantuman doa-doa dalam berbagai bahasa yang digantungkan di pagar makam. Agar lebih menghayati seperti apa Perang Uhud kala itu, silahkan memanjat bagian bukit yang cukup rendah sekedar melhat pemandangan dari atas.

Satu lagi bangunan bersejarah di kota Madinah adalah Masjid Quba, masjid pertama sekaligus tertua di tanah Arab Saudi. Dalam perjalanan hijrah dari Mekkah ke Madinah, dikisahkan Nabi Muhammad SAW singgah di Kampung Quba selama 2 minggu. Beliau kemudian membangun Masjid Quba bersama penduduk setempat. Dan di masjid ini pula menjadi saksi bisu pertama kali Rasulullah dan para sahabatnya shalat berjama’ah secara terang-terangan.

Adapun bangunan masjid sekarang merupakan perpaduan antara bangunan lama dengan bangunan tambahan. Luas masjid keseluruhan 13.500 meter persegi yang dapat menampung 20 ribu jama’ah. Masjid Quba memiliki 56 kubah kecil, 6 kubah besar, dan 4 menara adzan. Diriwayatkan, siapapun yang sholat dua rakaat di dalam Masjid Quba maka pahalanya setara dengan satu kali umroh.

Fenomena alam yang cukup menakjubkan juga bisa dirasakan sensasinya bila kita berkendara menuju Tabuk, 30 kilometer dari kota Madinah. Di sini terdapat Jabal Magnet atau bukit magnet. Dinamakan demikian karena setiap kendaraan yang melintas baik itu di atas jalanan datar hingga mendaki dapat berjalan sendiri dalam keadaan mesin mati. Seolah kendaraan melekat di jalan yang seperti magnet. Bisa dibayangkan ketika supir mematikan mesin kendaraan tanpa menginjak gas dan persneling dalam posisi netral, kendaraan meluncur hingga kecepatan 120km/jam. Fenomena unik ini bisa dirasakan sepanjang empat kilometer saja.

Untuk menyikapi fenomena Jabal Magnet, pemerintah Kerajaan Arab Saudi kini telah memperlebar jalanan yang menghubungan Madinah-Tabuk agar peziarah dapat dengan leluasa mencoba berkendara di Jabal Magnet. Belum ada penelitian resmi mengenai kekuatan magnet di daerah ini.
Masih di kota Madinah, sekitar 10 kilometer berkendara terdapat Percetakan Mushaf Al Qur’an terbesar di dunia, Kompleks Malik Fahd. Percetakan ini berdiri di Bulan Safar tahun 1405 Hijriyah atau 1984 Masehi. Siapa lagi kalau bukan Raja Malik Fahd langsung yang meresmikannya. Area percetakan Al Quran ini luasnya 250 ribu meter persegi yang terdiri dari banyak bangunan. Beberapa di antaranya adalah lokasi percetakan, asrama pengurus, tempat perbaikan alat percetakan, poliklinik, cafetaria, gudang penyimpanan, bahkan terdapat tempat pemusnahan Al Qur’an yang mengalami kesalahan cetak. Seluruh proses pencetakan Al Quran dikerjakan oleh 1700 petugas teknis. Dengan kapasitas percetakan Mushaf Al Qur’an mencapai 30 juta eksemplar per tahun, maka Al Quran dalam 50 bahasa didistribusikan ke seluruh penjuru dunia. Bagi para pengunjung pria dibagikan gratis satu Al Quran. Sayangnya wanita tidak diperkenankan masuk melihat proses percetakan Al Quran. Selain Al Quran, di tempat ini juga mencetak jurnal kajian Al Qur’an dan hadits nabi.

Bagi jamaah Indonesia yang datang ke tanah suci, tidak perlu gelisah bila tidak bisa berbahasa Arab. Segala macam tempat banyak menggunakan Bahasa Indonesia mulai Money Changer atau tempat penukaran uang hingga para penjual barang kelontong. Mereka bahkan tak segan berbicara sekaligus mempraktekkan kemampuan bahasa Indonesia mereka untuk merayu jamaah Indonesia yang memang terkenal hobi berbelanja. (ysd)

MESIR

Egyptian Royal Family

This is a group of black and white photos depicting Egypt’s Royal Family and descendants of Mohamed Ali that ruled the country from the 19th to the mid-20th Century, precisely 1952, when King Farouk I, the last Egyptian monarch, was overthrown by the Egyptian army.

The reason I’m including those photos is not the King Farouk mania currently spreading in Egypt, it’s just that I believe that each and every king or president who ruled my beloved country has influenced it in some positive way and left a good impact or at least helped the nation take a step forward in its struggle for liberation and independence.

We should pay a tribute to the Royal Egyptian Family as well as our late President Jamal Abdul Naser. We owe the Revolution of July 23rd a lot, even though, with all due respect to those who support it wholeheartedly, I hold some of its guardians responsible for the current widespread mayhem in Egypt.

Note: All photos are gathered from Flickr

Maha Youssuf


mohamed-ali-pasha-first.jpg
Mohamed Ali Pasha

tm-king-farouk-and-queen-farida-celebrating-the-kings-23rd-birthday-in-abdine-saray-on-feb-11th-1943.jpg
TM King Farouk and Queen Farida celebrating the King’s 23rd birthday in Abdine Saray on Feb. 11th 1943

said-pasha-fourth.jpg
Said Pasha

royal-egyptian-princesses-princesses-fawziafaiza-faika-and-baby-fatahia.jpg
Royal Egyptian Princesses Princesses Fawzia,Faiza ,Faika and baby Fatahia

queen-nazli-king-farouk-sultana-malk-the-widow-of-sultan-hussein-kamal-the-uncle-of-king-farouk.jpg
Queen Nazli, King Farouk, Sultana Malk , the widow of Sultan Hussein Kamal , the uncle of king Farouk

queen-nazli-attending-the-wedding-of-hrh-princess-faiza-to-bulent-mohamed-ali-raouf1.jpg
Queen Nazli attending the wedding of HRH Princess Faiza to Bulent Mohamed Ali Raouf1

queen-nazly.jpg
Queen Nazly

queen-farida.jpg
HM Queen Farida

queen-farida-and-daughters.jpg
Queen Farida and Daughters

princess-fawzia-queen-farida-and-princess-faiza-in-the-royal-opera-house-in-1939.jpg
Princess Fawzia, Queen Farida and Princess Faiza in the Royal Opera House in 1939

princess-fawzia-and-queen-nariman.jpg
Princess Fawzia and Queen Nariman

princess-farial.jpg
Princess Farial

prince-mohamed-tewfik-pasha-circa-1868.jpg
Prince Mohamed Tewfik Pasha circa 1868

king-fouad-i-ninth.jpg
King Fouad I

king-fouad-is-daughters-1920s.jpg
King Fouad I’s daughters 1920s

king-fouad-i.jpg
King Fouad I

king-farouk-of-egypt-announced-that-he-would-never-permit-a-zionist-state-to-be-established-on-his-nations-borders.jpg

King Farouk of Egypt announced that he would never permit a Zionist state to be established on his nation’s borders

king-farouk-laying-the-foundation-for-the-rennovation-of-aljazeera-mosque-in-zamalek-dec-13th-1945.jpg
King Farouk Laying the foundation for the rennovation of Aljazeera Mosque in Zamalek, Dec 13th 1945

king-farouk-i-prince-mohamed-ali-tawfiq-and-prince-abulmoneim-attending-a-banquet-in-el-kobbeh-palacce-circa-1940.jpg

King Farouk I, Prince Mohamed Ali Tawfiq and Prince AbulMoneim attending a banquet in el Kobbeh Palacce circa 1940

king-farouk-and-his-son-fouadii.jpg
King Farouk and his son FouadII

king-farouk-queen-farida-and-king-faisal-of-iraq.jpg
King Farouk ,Queen Farida and King Faisal of Iraq

king-farouk-queen-fareda.jpg
King Farouk & Queen Fareda

khedive-abbas-hilmi-ii-of-egypt.jpg
Khedive Abbas Hilmi II of Egypt

amin-chamsi-pashas-granddaughter-siadat-raafat-l-with-princess-fawzia-of-egypt-ex-empress-of-persia-1940s.jpg
Amin Chamsi Pasha’s granddaughter Siadat Raafat (L) with Princess Fawzia of Egypt ex-Empress of Persia (1940s)

khedive-abbas-halmi-ii.jpg
khedive Abbas Halmi II

ismail-pasha-fifth.jpg
Ismail Pasha

in-1945-hm-king-farouk-i-visited-the-kingdom-of-saudi-arabia-and-met-with-king-abdel-aziz-al-saud-in-jeddah.jpg
In 1945, H.M. King Farouk I visited the Kingdom of Saudi Arabia and met with King Abdel Aziz Al Saud in Jeddah

ibrahim-pasha-second.jpg
Ibrahim Pasha

hh-khedive-tewfik-of-egypt.jpg
HH Khedive Tewfik of Egypt

hm-queen-farida-and-hrh-princess-faiza-of-egypt-riding-in-the-deserts-of-egypt.jpg
HM Queen Farida and HRH Princess Faiza of Egypt Riding in The Deserts of Egypt

hm-queen-farida.jpg
HM Queen Farida

her-majesty-queen-faridai-think-this-photo-was-taken-during-her-wedding.jpg
Her Majesty Queen FaridaI think this photo was taken during her wedding

hm-queen-farida-visiting-an-orphanage-as-members-of-the-mohamed-aly-foundation-the-queen.jpg

H.M. Queen Farida visiting an orphanage, as members of the Mohamed-Aly foundation, the queen

Abbas Helmi II Pasha seventh
Abbas Helmi II Pasha
Abbas Helmy II Pasha

Abbas I Pasha

H.M. Fouad I, King of Egypt, circa 1935
H.M. Fouad I, King of Egypt, circa 1935

King Farouk I
King Farouk I

King Farouk I, Queen Farida and Princess Ferial
King Farouk I, Queen Farida and Princess Ferial

BobMartin&KingFarouk
Bob Martin & KingFarouk

crwon-princes-mohammad-reza-pahlavi-and-mohamed-ali-tawfik.jpg
Crwon Princes Mohammad Reza Pahlavi and Mohamed Ali Tawfik

hussein-kamil-eigth.png
Hussein Kamal Pasha

the-ex-wife-of-king-ahmed-fouad-ii-and-his-son-prince-mohamed-ali.jpg
The Ex-Wife of King Ahmed Fouad II and his son prince Mohamed Ali