SAMBAS
Sejarah Singkat Sambas
Sejarah tentang asal usul kerajaan Sambas tidak bisa terlepas dari Kerajaan di Brunei Darussalam. Antara kedua kerajaan ini mempunyai kaitan persaudaraan yang sangat erat.Pada jaman dahulu, di Negeri Brunei Darussalam, bertahtalah seorang Raja yang bergelar Sri Paduka Sultan Muhammad. Setelah beliau wafat, tahta kerajaan diserahkan kepada anak cucunya secara turun temurun. Sampailah pada keturunan yang kesembilan yaitu Sultan AbdulDjalil Akbar. Beliau mempunyai putra yang bernama sultan Raja Tengah. Raja tengah inilah yang telah datang ke Kerajaan Tanjungpura (Sukadana). Karena prilaku dan tata kramanya sesuai dengan keadaan sekitarnya, beliau disegani bahkan Raja Tanjungpura rela mengawinkan dengan anaknya bernama ratu Surya. Dari perkawinan ini terlahirlah Raden Sulaiman. Saat itu di Sambas memerintah seorang ratu keturunan Majapahit (Hinduisme) bernama Ratu Sepudak dengan pusat pemerintahannya di Kota Lama kecamatan Telok keramat skt 36 Km dari Kota Sambas. Baginda Ratu Sepudak dikaruniai dua orang putri. Yang sulung dikawinkan dengan kemenakan Ratu Sepudak bernama raden Prabu Kencana dan ditetapkan menjadi penggantinya. Ketika Ratu Sepudak memerintah, tibalah raja Tengah beserta rombongannya di Sambas. Kemudian banyak rakyat menjadi pengikutnya dan memeluk agama Islam. Tak berapa lama, Ratu Sepudak wafat. Menantunya Raden Prabu Kencana naik tahtadan memerintah dengan gelar Ratu Anom Kesuma Yuda. Pada peristiwa bersamaan putri kedua Ratu Sepudak yang bernama Mas Ayu Bungsu kawin dengan Raden Sulaiman (Putera sulung Raja Tengah. Perkawinan ini dikaruniai seorang putera bernama Raden Boma. Dalam pemerintahan Ratu Anom Kesuma Yuda, diangkatlah pembantu-pembantu Administrasi kerajaan. Adik kandungnya bernama Pangeran Mangkurat ditunjuk sebagai Wazir Utama. Bertugas khusus mengurus perbendaharaan raja, terkadang juga mewakili raja. Raden Sulaiman ditunjuk menjadi Wazir kedua yang khusus mengurus dalam dan luar negeri dan dibantu menteri-menteri dan petinggi lainnya. Rakyat lebih menghargai Raden Sulaiman daripada Pangeran Mangkurat, hingga menimbulkan rasa iri dihati Pangeran Mangkurat. suatu ketika tangan kanan Raden Sulaiman bernama Kyai Satia Bakti dibunuh pengikut Pangeran Mangkurat. setelah dilaporkan kepada raja, ternyata tak ada tindakan positif, suasana makin keruh. Raden Sulaiaman mengambil kebijaksanaan meninggalkan pusat kerajaan, menuju daerah baru dan mendirikan sebuah kota dengan nama Kota bangun. Jumlah pengikutnyapun makin banyak. Hal ini telah mengajak Petinggi Nagur, Bantilan dan Segerunding mengusulkan untuk berunding dengan Ratu Anom Kesuma Yuda. Hasil mufakat keduanya meninggalkan kota lama. Raden Sulaiman menuju kota Bandir dan Ratu Anom Kesuma Yuda berangkat menuju sungai Selakau. Kemudian agak ke hulu dan mendirikan kota dengan ibukota pemerintahannya diberi nama Kota Balai Pinang.
Meninggalnya Ratu Anom Kesuma Yuda dan Pangeran Mangkurat, putera Ratu Anom yang bernama Raden Bekut diangkat menjadi raja dengan gelar Panembahan Kota Balai. Beliau beristrikan Mas Ayu Krontiko, puteri Pangeran Mangkurat. Raden Mas Dungun putera raden Bekut adalah Panembahan terakhir Kota Balai. Kerajaan ini berakhir karena utusan Raden Sulaiman menjemput mereka kembali ke Sambas. Kurang lebih 3 tahun kemudian berdiam di Kota Bandir, atas hasil mufakat, berpindahlah mereka dan mendirikan pusat pemerintahannya di Lubuk Madung, pada persimpangan tiga sungai : sungai Sambas Kecil, Sungai Subah dan Sungai Teberau. Kota ini juga disebut orang ” Muara Ulakan”. Kemudian keraton kerajaan dibangun dan hingga kini masih berdiri megah.Di tempat inilah raden sulaiman dinobatkan menjadi Sultan Pertama di kerajaan Sambas dengan gelar Sultan Muhammad Syafeiuddin I. Saudara-saudaranya, Raden Badaruddin digelar pangeran Bendahara Sri Maharaja dan Raden Abdul Wahab di gelar Pangeran Tumenggung Jaya Kesuma. Raden Bima (anak Raden Sulaiman) ke Sukadana dan kawin dengan puteri raja Tanjungpura bernama Puteri Indra Kesuma (adik bungsu Sultan Zainuddin) dan dikaruniai seorang putera diberinama Raden Meliau, nama yang terambil dari nama sungai di Sukadana. Setahun kemudian merka pamit ke hadapan Sultan Zaiuddin untuk pulang ke Sambas, oleh Raden Sulaiman dititahkan berangkat ke Negeri Brunai untuk menemui kaum keluarga. Sekembalinya dari Brunai, Raden Bima dinobatkan menjadi Sultan dengan gelar Sultan Muhammad Tadjuddin. Bersamaan dengan itu, Raden Akhmad putera Raden Abdu Wahab dilantik menjadi Pangeran Bendahara Sri Maharaja. Wafatnya Sultan Muhammad Tadjuddin, pemerintahan dilanjutkan Puteranya Raden Meliau dengan gelar Sultan Umar Akamuddin I.
Berkat bantuan permaisurinya bernama Utin Kemala bergelar Ratu Adil, pemerintahan berjalan lancar dan adil. Inilah sebabnya dalam sejarah Sambas terkenal dengan sebutan Marhum Adil, Utin Kemala adalah puteri dari pangeran Dipa (seorang bangsawan kerajaan Landak) dengan Raden Ratna Dewi (puteri Sultan Muhammad Syafeiuddin I).Wafatnya Sultan Umar Akamuddin I, Puteranya Raden Bungsu naik tahta dengan gelar Sultan Abubakar Kamaluddin. Kemudian diganti oleh Abubakar Tadjuddin I. Berganti pula dengan Raden Pasu yang lebih terkenal dengan nama Pangeran Anom. Setelah naik tahta beliau bergelar Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin I. Sebagai wakilnya diangkatlah Sultan Usman Kamaluddin dan Sultan Umar Akamuddin III. Pangeran Anom dicatat sebagai tokoh yang sukar dicari tandingannya, penumpas perampok lanun. Setelah memerintah kira-kira 13 tahun (1828), Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin I wafat. Puteranya Raden Ishak (Pangeran Ratu Nata Kesuma)baru berumur 6 tahun. Karena itu roda pemerintahan diwakilikan kepada Sultan Usman Kamaluddin.Tanggal 11 Juli 1831, Sultan Usman Kamaluddin wafat, tahta kerajaan dilimpahkan kepada Sultan Umar Akamuddin III. Tanggal 5 Desember 1845 Sultan Umar Akamuddin III wafat, maka diangkatlah Putera Mahkota Raden Ishak dengan gelar Sultan Abu Bakar Tadjuddin II. Tanggal 17 Januari 1848 putera sulung beliau yang bernama Syafeiuddin ditetapkan sebagai putera Mahkota dengan gelar Pangeran Adipati. Tahun 1855 Sultan Abubakar Tadjuddin II diasingkan ke Jawa oleh pemerintah Belanda (Kembali ke Sambas tahun 1879). Maka sebagai wakil ditunjuklah Raden Toko’ (Pangeran Ratu Mangkunegara) dengan gelar Sultan Umar Kamaluddin. Pada tahun itu juga atas perintah Belanda, Pangeran Adipati diberangkatkan ke Jawa untuk study.
Tahun 1861 Pangeran Adipati pulang ke Sambas dan diangkat menjadi Sultan Muda. Baru pada tanggal 16 Agustus 1866 beliau diangkat menjadi Sultan dengan gelar sultan Muhammad Syafeiuddin II. Beliau mempunyai dua orang istri. Dari istri pertama (Ratu Anom Kesumaningrat) dikaruniai seorang putera bernama Raden Ahmad dan diangkat sebagai putera Mahkota. Dari istri kedua (Encik Nana) dikaruniai juga seorang putera bernama Muhammad Aryadiningrat. Sebelum manjabat sebagai raja, Putera Mahkota Raden Ahmad wafat mendahului ayahnya. Sebagai penggantinya ditunjuklah anaknya yaitu Muhammad Mulia Ibrahim. Pada saat Raden Ahmad wafat, Sultan Muhammad Syafeiuddin II telah berkuasa selama 56 tahun. Beliau merasa sudah lanjut usia, maka dinobatkan Raden Muhammad Aryadiningrat sebagai wakil raja dengan gelar Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin II.Setelah memerintah kira-kira 4 tahun, beliau wafat. Roda pemerintahan diserahkan kepada Sultan Muhammad Mulia Ibrahim. Dan pada masa pemerintahan raja inilah, bangsa Jepang datang ke Sambas. Sultan Muhammad Mulia Ibrahim adalah salah seorang yang menjadi korban keganasan Jepang. Sejak saat itu berakhir pulalah kekuasaan Kerajaan Sambas. Sedangkan benda peninggalan Kerajaan Sambas antara lain tempat tidur raja, kaca hias, seperangkat alat untuk makan sirih, pakaian kebesaran raja, payung ubur-ubur, tombak canggah, meriam lele, 2 buah tempayan keramik dari negeri Cina dan kaca kristal dari negeri Belanda.
Wisata Sambas
Sambas merupakan salah satu tempat wisata yang menarik nan indah, keindahan alam sambas merupakan pesona alami yang dihidangkan untuk kita semua.
Lomba Sampan dalam rangka pergelaran Hut Pageran Ratu yang ke VI tahun 2006.
BRUNEI DALAM SEJARAH (RUANGAN TETAP) | |
1. | Orang Inggeris Pertama Datang Ke Brunei |
2. | Perasmian Tugu Peringatan di Pekan Bangar, Temburong |
3. | Berakhirnya Pertukaran Mata Wang Negara Brunei Darussalam dengan Mata Wang Malaysia |
4. | Bangunan Sekolah Melayu Mentiri (Baru!!!) |
5. | Perasmian Tugu Peringatan di Pekan Bangar, Temburong (Baru!!!) |
6. | Penubuhan Biro Pencegah Rasuah (Baru!!!) |
7. | Meletakkan Batu Asas sempena Keberangkatan Yang Di-Pertuan Agong Malaysia (Akan Datang) |
8. | Istiadat Memasyhurkan Pengisytiharan Yang Teramat Mulia Duli Pengiran Muda Hassanal Bolkiah menjadi Yang Teramat Mulia Pengiran Muda Mahkota (Akan Datang) |
9. | Perasmian Bahtera di Lagoon Masjid Omar 'Ali Saifuddien (Akan Datang) |
10. | Istiadat Pengurniaan Panji-Panji Diraja kepada Pasukan Polis Diraja Brunei (Akan Datang) |
11. . | Atlit Negara Mencipta Rekod Dunia di Kejohanan Atletik Kebangsaan (Akan Datang) |
12. | Penukaran Nama Sekolah Menengah Kiudang, Tutong kepada Sekolah Menengah Raja Isteri Pengiran Anak Saleha (Akan Datang) |
1967: Omar Ali Saifuddin III Turun Takhta
.
Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah ibni Al-Marhum Sultan Haji Omar 'Ali Saifuddien Sa'adul Khairi Waddien,Sultan dan Yang Di-Pertuan Negara Brunei Darussalam telah diputerakan pada 15 Julai 1946 di Istana Darussalam, Bandar Brunei yang sekarang dikenali sebagai Bandar Seri Begawan.
.
.
..
Selain menjadi Sultan dan Yang Di-Pertuan Negara Brunei Darussalam, Baginda juga memegang jawatan sebagai Perdana Menteri, Menteri Pertahanan, Menteri Kewangan dan juga Ketua Ugama bagi Brunei Darussalam. Setelah hampir 42 tahun menerajui takhta Kerajaan, isu keamanan, kesejahteraan dan kebajikan rakyat jelata masih lagi menjadi fokus utama Baginda walau dimana jua Baginda berada.
.
.
..
Sewaktu berusia 10 tahun, Baginda pernah menuntut di Sekolah Jalan Gurney, Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun 1956 hingga 1960. Baginda juga pernah menuntut di Sekolah Muhammad Jamalul Alam (SMJA) pada tahun 1958 disamping mendapat pendidikan tuisyen persendirian di Istana Darul Hana, Bandar Brunei. Pada tahun 1961, Baginda kemudiannya melanjutkan pelajaran di Victoria Institution, Kuala Lumpur dan pada tanggal 16 Ogos tahun yang sama, semasa berumur 15 tahun, Baginda telah diisytiharkan menjadi Duli Yang Teramat Mulia Paduka Seri Pengiran Muda Mahkota. Setelah itu, pada tahun 1964, Baginda meneruskan pelajaran di Maktab Sultan Omar 'Ali Saifuddien (SOAS) dan pada tahun 1966 hingga 1967, Baginda telah mengikuti latihan tentera di Akademi Tentera Diraja Sandhurst, United Kingdom.
.
..
Baginda ditabalkan menjadi Sultan Brunei Ke-29 pada tanggal 5 Oktober 1967, setelah Paduka Ayahanda Baginda, Sultan Haji Omar 'Ali Saifuddien Sa'adul Khairi Waddien turun daripada Takhta Singgahsana Kerajaan dengan kemahuan Paduka Ayahanda Baginda sendiri pada 4 Oktober 1967. Sejak tarikh tersebut hingga kini, sebagai Raja peneraju negara, Baginda sentiasa berusaha dan telah membuktikan kepada dunia bahawa Baginda adalah seorang pemimpin yang amat mementingkan keamanan dan kesejahteraan hidup rakyat jelata. Baginda telah dipuspakan menjadi Sultan dan Yang Di-Pertuan Negara Brunei Darussalam pada tanggal 1 Ogos 1968 dengan penuh adat istiadat Diraja Brunei yang gilang gemilang di Lapau, Bandar Brunei.
.
.
..
Pada tahun 1978, Baginda telah mengetuai perwakilan ke London untuk menjalankan rundingan dengan Kerajaan Baginda Queen bagi menukar status Brunei kepada sebuah negera yang berdaulat dan merdeka, dan hasil dari perundingan tersebut, pihak Brunei dan United Kingdom telah mencapai persetujuan dengan menandatangani Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama 1979 yang berlangusng di Lapau, Bandar Seri Begawan.
.
.
..
Sejak pengisytiharan kemerdekaan Brunei 25 tahun yang lalu, Negara Brunei Darussalam telah mengalami berbagai kemajuan yang ketara sama ada dari segi keselamatan, keamanan, kesejahteraan, ekonomi, pendidikan, infrastruktur dan juga kerohanian, semuanya atas dasar kebijaksanaan dan sikap pemedulian Baginda terhadap kebajikan rakyat jelata.
.
.
..
Ini dapat dilihat dari sikap Baginda yang suka mendampingi rakyat, sama ada di bandar mahupun kawasan pedalaman, terutama sekali ketika rakyat mengalami musibah.Baginda berkenan turun bercemar duli ke lokasi-lokasi yang terjejas semata-mata untuk melihat dengan lebih dekat keadaan mangsa yang ditimpa bencana dan seterusnya memastikan mereka mendapat bantuan yang sewajarnya.
.
. .
.
Baginda jua sering membuat lawatan-lawatan mengejut ke jabatan-jabatan kerajaan dan juga institusi-institusi pendidikan bagi memastikan keberkesanan jabatan-jabatan tersebut dalam memberi khidmat agar rakyat jelata dapat menikmati pembangunan dan pemedulian yang sewajarnya.
.
..
Baginda telah melangsungkan perkahwinan dengan KDYMM Paduka Seri Baginda Raja Isteri Pengiran Anak Hajah Saleha Binti Al-Marhum Pengiran Pemancha Pengiran Anak Haji Mohamed Alam pada 29 Julai 1965. Kedua kerabat ini dikurniakan sebanyak enam orang putera puteri iaitu Duli Yang Teramat Mulia Paduka Seri Pengiran Muda Mahkota Pengiran Muda Haji Al-Muhtadee Billah, Yang Teramat Mulia Paduka Seri Duli Pengiran Muda 'Abdul Malik, Yang Teramat Mulia Paduka Seri Pengiran Anak Puteri Hajah Rashidah Sa'adatul Bolkiah, Yang Teramat Mulia Paduka Seri Pengiran Abak Puteri Hajah Muta-Wakkilah Hayatul Bolkiah, Yang Teramat Mulia Paduka Seri Pengiran Anak Puteri Hajah Majeedah Nuurul Bulqiah dan Yang Teramat Mulia Paduka Seri Pengiran Anak Puteri Hajah Hafizah Sururul Bulqiah.
.
. .
.
Baru 3 daripada putera puteri Baginda telah melangsungkan perkahwinan yang mana kesemuanya dirayakan secara besar-besaran dan penuh kemeriahan. Duli Yang Teramat Mulia Paduka Seri Pengiran Muda Mahkota Pengiran Muda Haji Al-Muhtadee Billah yang merupakan pewaris takhta kerajaan, telah bertemu jodoh dengan Pengiran Anak Isteri Pengiran Anak Sarah, yang kemudiannya dikurniakan cahaya mata, Yang Teramat Mulia Pengiran Muda Abdul Muntaqim.
.
. .
.
Selain itu baginda jua dikurniakan empat orang lagi putera puteri dari hasil perkahwinan baginda dengan Hajah Mariam, iaitu Yang Teramat Mulia Paduka Seri Duli Pengiran Muda Haji 'Abdul 'Azim, Yang Teramat Mulia Paduka Seri Duli Pengiran Muda 'Abdul Mateen, Yang Teramat Mulia Paduka Seri Pengiran Anak Puteri 'Azemah Ni'matul Bolkiah dan Yang Teramat Mulia Paduka Seri Pengiran Anak Puteri Fadzilah Lubabul Bulqiah.
.
. .
.
Baginda juga telah melangsungkan perkahwinan dengan Duli Yang Teramat Mulia Pengiran Isteri Azrinaz Mazhar Binti Hakim Mazhar pada 20 Ogos 2005, dan telah dikurniakan seorang putera dan seorang puteri iaitu Yang Teramat Mulia Paduka Seri Duli Pengiran Pengiran Muda 'Abdul Wakeel dan Yang Teramat Mulia Paduka Seri Pengiran Anak Puteri Ameerah Wardatul Bolkiah.
.
.
.
Sesungguhnya rakyat dan penduduk Negara Brunei Darussalam amat bersyukur kerana dikurniai seorang Raja yang amat prihatin dan pemedulian terhadap agama dan kebajikan rakyat. Sikap kepimpinan dan pemedulian Baginda terhadap hal-ehwal kebajikan rakyat, kesejahteraan negara dan keamanan dunia bukan sahaja menjadi teladan bagi rakyat dan
penduduk negara ini, bahkan akan turut menjadi ingatan penduduk dan pemimpin dunia antarabangsa. Dalam pada ini, seluruh warga SUAMPRIPAD ingin mengambil kesempatan untuk menyembahkan ucapan Selamat Hari Puja Usia yang ke 63 tahun ke hadapan majlis Kebawah Duli Yang Maha Mulia dan semoga Allah memberkati dan melanjutkan usia baginda. Amin
Sultan of Brunei divorced Azrinaz
The Sultan of Brunei, Sultan Hassanal Bolkiah with his wives Raja Isteri Pengiran Hajjah Anak Saleha (left) and Pengiran Isteri Azrinaz Mazhar (right).
On Wednesday 16th June 2010, the world media reported that the Sultan of Brunei, Sultan Hassanal Bolkiah, divorced his Malaysian wife, Her Royal Highness, Pengiran Isteri Azrinaz Mazhar after five years of marriage.
The video below shows the announcement of the divorce by the Grand Chamberlain of Brunei, Yang Amat Mulia Pengiran Haji Alauddin.
Sultan Hassanal Bolkiah, the 63-year-old absolute monarch of this tiny,
oil-rich country on Borneo island, married Azrinaz Mazhar Hakim, a former
Malaysian TV news journalist, in August 2005.
Azrinaz, who is fondly known as Naz, started work as a Broadcast Journalist with Malaysian private and no. 1 television channel TV3 Malaysia in 1997. She won TV3’s "Most Promising Journalist" award in 2000 and received the Malaysian Institute of Integrative Media, M-I-I-M, Alumni Award in 2002.
She quit TV3 in May 2005, saying that she wanted to "venture into other undertakings", which actually means she was getting married.
Azrinaz, 30, gave birth to the sultan's 11th child, a baby boy, Prince Abdul Wakeel less than
a year after their wedding, on 1st June 2006 at 12.43 am.
A 21-cannon salute was fired at the vicinity of the Istana Nurul Iman to celebrate the birth.
On 28 January 2008 at 4.21pm, she gave birth to a princess, Princess Ameerah Wardatul Bolkiah.
Brunei's palace announced on state television and radio late Wednesday, 16th June 2010, that the sultan has divorced Azrinaz and revoked all her royal titles.
No other details were made available, but rumors of a royal breakup had been
circulating in Brunei.
This is the second divorce for the Sultan of Brunei, who was once the richest man in the world and whose private fortune has been
estimated to total at least USD$20 billion in recent years.
He broke up with former airline stewardess Mariam Abdul Aziz, who is of Bruneian, Japanese and
Scottish ancestry, in February 2003 after 21 years of marriage.
He remains married to his first wife, Raja Isteri Pengiran Hajjah Anak Saleha, whom he wed in 1967.
Their son, Crown Prince Al-Muhtadee Billah Bolkiah, is heir to the throne.
The Sultan of Brunei ascended to the throne on Oct. 5, 1967, after his father
abdicated.
The Sultan's wealth is legendary. While playing polo with Britain's Prince
Charles, he once had his polo shoes delivered -- by helicopter -- to the palace
field.
The Daily Mirror (UK) reported on 26 October 2007 that the Sultan owned 130 Rolls Royces, 531 Mercedes-Benzes, 367 Ferraris, 362 Bentleys, 185 BMWs, 177 Jaguars, 160 Porsches and 20 Lamborghinis.
However according to Guinness World Records the Sultan's personal private collection has more than 600 Rolls-Royces, more than 450 Ferraris, and 134 Koenigseggs — the largest collection of that marque in the world.
During the 1990s, his family accounted for almost half of all Rolls-Royce purchases, bulk buying slightly modified vehicles for diplomats and adding unique cars to their own collection. He also owns the very last Rolls-Royce Phantom VI, a 1992 state landaulette.
Among his collection of luxurious cars are :
1. the Porsche Carrera GT
2. Lamborghini Diablo Jota
3. Porsche 959
4. Bugatti EB110
5. Bugatti Veyron
6. Lamborghini Murcielago LP640
7. Maybach 62
8. Jaguar XJR-15
9. Dauer 962s
10. Ferrari FX
11. Bentley Continental R
12. the only Porsche Carma made in the world
13. the only Koenigsegg Agera CC GT
14. two fully operational versions of the Ferrari Mythos concept car
15. Ferrari 456 GT Sedans
16. the only right hand drive Mercedes-Benz CLK-GTR in the world
17. five McLaren F1s including both black LM models & three Cizeta-Moroder V16T
18. Aston Martin One-77s
19. the only convertible Aston Martin DB4 GT Zagato
20. the only Cicero BDB Maestro ever built.
Rolls Royce Phantom VI
Porsche Carrera GT if i am not mistaken
Porsche 959 if i am not mistaken
Mercedes Benz CLK GTR
Maybach 62-S
Maybach 62 Sedan
Lamborghini Murcielago
Lamborghini - another version
Koenigsegg agera supercar
Ferrari FX
Jaguar XJR-15
Dauer 962
Bugatti EB110
Bugatti Veyron.... phewwww
He also possesses a Formula One car as driven by every Formula 1 World Drivers Champion since the 1980 Formula One season, particularly the ones driven in the last race for each season.
A prime example of this is Jacques Villeneuve's Williams FW19 which still bears the collision damage courtesy of Michael Schumacher in the 1997 European Grand Prix.
Views inside the specially built Sultan of Brunei's gold-plated Boeing 747-400
For personal use, the sultan has two Boeing 747-400s furnished with gold plated furniture with an estimated value of USD$233 million including USD$3 million on furniture each. He also owns six smaller planes and two helicopters.
Entrance to the USD3 Billion Jerudong Park - Brunei's own Disneyland
The Sultan of Brunei also operates a USD$3 billion theme park called Jerudong Park, which in the past used to be free of charge.
Michael Jackson once performed at Jerudong Park, Brunei on July 16th, 1996 in conjunction with the Sultan of Brunei's 50th Birthday. The mega show by the mega star was free of charges for Bruneians to watch the King of Pop on that day.
The Istana Nurul Iman in Bandar Seri Begawan
His official residence is the Istana Nurul Iman, with approximately 1,888 rooms, 290 bathrooms, and a floor area of 2,152,782 square feet (200,000 m²), undisputedly the world's second largest palace after Beijing's Forbidden City (720,000 m²).
Whenever the traffic stops at the entrance of the Sultan of Brunei's Istana Nurul Iman in Bandar Seri Begawan, either The Sultan himself, or his princes and princesses came out of the Palace. In this case, a Lamborghini or Ferrari is being driven by one of his princes.
Sultan Hassanal Bolkiah has five sons and seven daughters with his three wives.
By HM Raja Isteri Pengiran Anak Saleha:
HRH Princess Rashidah (born 26 July 1969)
HRH Princess Muta-Wakkilah (born 12 October 1971)
HRH Crown Prince Al-Muhtadee Billah (born 17 February 1974) (future Sultan of Brunei)
HRH Princess Majeedah Nuurul Bolkiah (born 16 March 1976)
HRH Princess Hafizah (born 12 March 1980)
HRH Prince 'Abdul Malik (born 30 June 1983)
By HRH Pengiran Isteri Mariam: (divorced in 2003)
HRH Prince 'Abdul 'Azim (born 29 July 1982)
HRH Princess 'Azemah (born 26 September 1984)
HRH Princess Fadzillah (born 23 August 1985)
HRH Prince 'Abdul Mateen (born 10 August 1991)
By HRH Pengiran Isteri Azrinaz Mazhar Hakim: divorced in June 2010
HRH Prince 'Abdul Wakeel (born 1 June 2006)
HRH Princess Ameerah (born 28 January 2008)2006
Koleksi Serba Emas Dari Sultan Brunei
Sultan Brunei Hassanal Bolkiah memang terkenal sangat kaya raya, sampai-sampai hampir semua barang koleksi miliknya berlapis emas , mobil, meja dan kursi makan, senjata, closet, bathup, tangkai bunga … semua dari emas dan bila belum pernah Koleksi Serba Emas Sultan Brunei.
Selain koleksi serba emas Sultan Brunei tersebut, ternyata interior pesawat pribadi milik Sultan Brunei Hassanal Bolkiah sebagian besar juga berlapis emas…
Mau liat foto-fotonya ? Yang belum pernah melihat silahkan lanjut liat foto-foto dibawah , lihat saja bagaimana mewahnya interior pesawat pribadi milik Sultan Brunei Hassanal Bolkiah…
-
Sonic - Site Admin
- User ID : 60
- Posts: 2477
- Bergabung: 21 Okt 2008, 15:10
- Lokasi: jateng
Re: Koleksi Serba Emas Dari Sultan Brunei
kapan yach kita punya pesawat model begitu?
-
gunawanhalim - Master
- User ID : 65
- Posts: 522
- Bergabung: 21 Okt 2008, 16:11
- Lokasi: Bandung, Jabar
Re: Koleksi Serba Emas Dari Sultan Brunei
Emas memang melambangkan kemewahan dan banyak digunakan untuk menunjukkan status sosial seorang dalam masyarakat.
Perhiasan dari emas mungkin banyak yang memiliki, tapi bagaiman kalau barang-barang milik anda semuanya terbuat dari emas ? Mobil dari emas, closet emas, tangkai bunga emas, senjata api emas, tempat tidur emas , meja dan kursi makan emas , bathup dari emas dan lain-lain… mmmhm siapa yang tidak suka ya ? weleh…weleh…
Mau liat foto-fotonya ? nih ada beberapa foto koleksi serba emas dari Sultan Brunei yang termasuk sebagai salah satu orang terkaya didunia…keren-keren lho … ?