Selasa, 19 Oktober 2010

ARAB SAUDI

Labbaikallah humma labbaik, aku datang memenuhi panggilanmu Ya Allah”.



Setiap orang mungkin mampu berangkat ke luar negeri, namun khusus ke negeri yang satu ini butuh lebih dari sekedar biaya. Ya, apalagi kalau bukan panggilan dari Sang Maha Pencipta untuk berangkat melaksanakan haji ataupun umroh ke tanah suci di Arab Saudi. Namun tulisan di bawah hanya akan menceritakan perjalanan umroh.

Berbeda dengan negeri lainnya di seluruh dunia, Arab Saudi memiliki dua jenis tanah untuk dipijak, yakni tanah haram dan tanah halal. Istilah haram merujuk pada kota Mekkah dan Madinah dimana haram hukumnya bagi selain umat Islam menginjakkan kakinya di tanah ini. Adapun tanah halal berlaku selain dua kota tersebut seperti Jeddah dan Riyadh untuk dipijak bagi seluruh umat beragama.




Pembagian ini memang bukannya tanpa sebab. Tak lain dan tak bukan untuk menjaga kesucian kota Mekkah dan Madinah dari umat selain Islam. Telah banyak kabar beredar usaha beberapa orang non muslim mencoba memasuki tanah haram, namun sia-sia belaka karena adanya campur tangan dari langit yang menggagalkan.

Perjalanan udara dari Jakarta menuju Jeddah biasanya ditempuh dalam waktu lebih dari 8 jam. Jangan khawatir untuk ketinggalan informasi waktu berbuka puasa dan sholat, mengingat kru pesawat akan memberitahu kepada para penumpang informasi ini baik secara lisan maupun rekaman video di pesawat.

Saat tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah segeralah mencocokkan jam tangan, mengingat terdapat perbedaan waktu dimana Arab Saudi lebih lambat 4 jam daripada Indonesia. Imigrasi Arab Saudi akan mengecek seluruh kelengkapan dokumen, termasuk bukti telah mendapat vaksin meningitis. Meski hal ini masih mendatangkan pro kontra, alangkah lebih baiknya tetap mendapat bukti ini sebagai syarat masuk ke gerbang tanah suci. Dan jangan lupa pula, bagi wanita harus didampingi pendamping atau muhrimnya saat diperiksa imigrasi. Sesungguhnya, cobaan beribadah telah dimulai di bandara ini mengingat lamanya antrian yang bisa memakan waktu hingga 2 jam. Namun, nikmatilah cobaan tersebut sebagai bagian dari ibadah.

Selesai pemeriksaan maka tiba waktunya melanjutkan perjalanan darat menggunakan bis menuju Madinah. Waktu tempuh sekitar 5 jam bisa dilewatkan dengan tidur. Hal ini dimaksudkan agar badan lebih bugar saat beribadah di Madinah nanti. Sesampainya di Madinah Al Munawwaroh, hal pertama yang akan dilihat adalah keramaian jamaah yang berbondong-bondong menuju Masjid Nabawi.

Bila fisik telah kembali segar, maka segeralah beribadah menuju Masjid Nabawi. Ada baiknya bagi pria untuk mengenakan pakaian menutupi seluruh badan dengan maksud selain menjaga aurat, juga mengurangi sengatan matahari yang amat panas. Bahkan bila perlu gunakan surban penutup kepala dan kacamata hitam agar tidak silau melihat serba putihnya pakaian para jamaah. Bagi wanita, ada baiknya menyimpan gamis atau pakaian serba hitam. Mengingat ada kalanya perlakuan asykar (petugas keamanan) wanita di dalam masjid lebih condong memprioritaskan mereka yang berpakaian serba hitam dari Iran, negara yang sangat disegani di Timur Tengah.

Jangan pernah lupa untuk senantiasa menghapalkan dari gerbang mana kita memasuki pelataran kompleks masjid. Hal ini dimaksudkan agar tidak tersesat saat kembali menuju penginapan. Untuk itu setiap gerbang selalu ada nomer yang bisa dihapalkan. Maklumlah luas pelataran kompleks masjid saja bisa mencapai 135 ribu meter persegi.

Pintu masuk wanita dan pria terpisah, namun jangan khawatir untuk bertemu sesudah beribadah di dalam masjid. Terdapat payung-payung raksasa menaungi halaman kompleks masjid yang biasanya dijadikan tempat berteduh sekaligus bertemu. Payung-payung ini sebenarnya akan digunakan saat musim haji untuk menaungi banyaknya jamaah yang datang meluber hingga ke halaman dan jalan-jalan. Masjid Nabawi sanggup menampung jamaah antara 600 ribu hingga satu juta jamaah di musim haji.

Alas kaki bisa ditenteng masuk ke dalam masjid untuk diletakkan di rak alas kaki yang memang tersedia. Cukup dengan mengingat dimana letak alas kaki, maka hati tenang beribadah tanpa takut kehilangan alas kaki. Ada baiknya pula membawa botol minuman kosong untuk diisikan air zam zam yang tersedia di dalam masjid. Kelak ini sangat berguna mengingat tidak tersedianya air minum di penginapan. Jadi banyak-banyaklah menampung air zam-zam dengan botol bawaan.

Sungguh tiada tara perasaan selain haru saat masuk dan beribadah dalam Masjid Nabawi. Masjid ini dibangun langsung oleh tangan Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya di saat awal kedatangan beliau di Madinah. Itu pula sebabnya sebuah riwayat dari Jabir r.a bersabda nabi bahwa keutamaan shalat di Masjid Nabawi pahalanya seribu kali dibanding masjid biasa. Tak terhitung berapa kali renovasi dan perluasan masjid dilakukan. Sejak zaman Khalifah Umar bin Khattab, Kesultanan Ottoman, hingga Kerajaan Saudi. Bila dibandingkan, luas bangunan masjid ini mencapai 100 kali lipat dari bangunan aslinya.

Satu tempat di dalam Masjid Nabawi yang sangat diburu banyak jamaah adalah ‘Raudlah’ yang bermakna taman surga. Seluruh umat Islam percaya di tempat kecil dan sempit inilah doa yang dipanjatkan akan mustajab dikabulkan Allah SWT. Kelak, taman ini pula yang akan terangkat ke surga. Tak heran berbondong-bondong orang ingin beribadah dari mulai berdoa hingga shalat di tempat ini. Jangan pernah marah atau tersinggung bila shalat di sini selalu dilangkahi bahkan ditendang jamaah lain,mengingat sempitnya raudlah. Untuk membedakan raudlah dari tempat lainnya bisa dilihat dari warna hijau karpet, yang terlihat berbeda dengan warna merah karpet masjid secara keseluruhan.

Di raudlah pula terdapat mimbar yang pernah digunakan baginda nabi berkhutbah saat shalat Jumat. Mimbar nabi hanya bisa dilihat oleh jama’ah pria saja karena terletak di raudhah yang masuk area sholat untuk jama’ah pria. Namun di masa Rasulullah, bentuk mimbarnya tidak seperti sekarang. Bentuk aslinya terbakar saat Masjid Nabawi terbakar tahun 1256 Masehi. Mimbar yang ada saat ini merupakan hadiah dari Raja Arab Saudi di tahun 1404 Hijriyah.

Persis di samping raudlah terdapat makam Rasulullah SAW beserta sahabatnya Abu Bakar dan Umar Bin Khattab. Berdoa pun boleh dilakukan di depan makam ini sepanjang tidak dilakukan hingga meratap. Siapapun yang merindukan Rasulullah pasti akan menangis terharu di depan makam beliau. Dahulu makam inilah yang menjadi rumah Nabi, namun karena perluasan masjid maka makam ini masuk ke dalam bangunan masjid. Bagi mereka yang ingin mendokumentasikan ke dalam foto bahkan video sangat bisa dilakukan sepanjang tidak terlihat oleh asykar atau petugas keamanan.

Ziarah ke Madinah atau yang dahulu bernama kota Yathrib ini bukan hanya dapat dilakukan di Masjd Nabawi. Beberapa situs bersejarah yang dapat dikunjungi antara lain adalah Jabal Uhud atau Bukit Uhud. Di sinilah pernah terjadi Perang Uhud tahun 3 Hijriah atau 625 Masehi dimana pasukan muslim dikalahkan pasukan kafir. Para syuhada yang gugur dimakamkan di sini, salah satunya terdapat paman Nabi yakni Hamzah bin Abdul Muthalib. Begitu berdukanya Rasulullah atas gugurnya Hamzah, sehingga beliau selalu datang berziarah ke makam ini setiap tahun. Bagi para peziarah bisa berdoa di sekeliling makam yang dipagari. Untuk itu, pemerintah kerajaan telah mencantuman doa-doa dalam berbagai bahasa yang digantungkan di pagar makam. Agar lebih menghayati seperti apa Perang Uhud kala itu, silahkan memanjat bagian bukit yang cukup rendah sekedar melhat pemandangan dari atas.

Satu lagi bangunan bersejarah di kota Madinah adalah Masjid Quba, masjid pertama sekaligus tertua di tanah Arab Saudi. Dalam perjalanan hijrah dari Mekkah ke Madinah, dikisahkan Nabi Muhammad SAW singgah di Kampung Quba selama 2 minggu. Beliau kemudian membangun Masjid Quba bersama penduduk setempat. Dan di masjid ini pula menjadi saksi bisu pertama kali Rasulullah dan para sahabatnya shalat berjama’ah secara terang-terangan.

Adapun bangunan masjid sekarang merupakan perpaduan antara bangunan lama dengan bangunan tambahan. Luas masjid keseluruhan 13.500 meter persegi yang dapat menampung 20 ribu jama’ah. Masjid Quba memiliki 56 kubah kecil, 6 kubah besar, dan 4 menara adzan. Diriwayatkan, siapapun yang sholat dua rakaat di dalam Masjid Quba maka pahalanya setara dengan satu kali umroh.

Fenomena alam yang cukup menakjubkan juga bisa dirasakan sensasinya bila kita berkendara menuju Tabuk, 30 kilometer dari kota Madinah. Di sini terdapat Jabal Magnet atau bukit magnet. Dinamakan demikian karena setiap kendaraan yang melintas baik itu di atas jalanan datar hingga mendaki dapat berjalan sendiri dalam keadaan mesin mati. Seolah kendaraan melekat di jalan yang seperti magnet. Bisa dibayangkan ketika supir mematikan mesin kendaraan tanpa menginjak gas dan persneling dalam posisi netral, kendaraan meluncur hingga kecepatan 120km/jam. Fenomena unik ini bisa dirasakan sepanjang empat kilometer saja.

Untuk menyikapi fenomena Jabal Magnet, pemerintah Kerajaan Arab Saudi kini telah memperlebar jalanan yang menghubungan Madinah-Tabuk agar peziarah dapat dengan leluasa mencoba berkendara di Jabal Magnet. Belum ada penelitian resmi mengenai kekuatan magnet di daerah ini.
Masih di kota Madinah, sekitar 10 kilometer berkendara terdapat Percetakan Mushaf Al Qur’an terbesar di dunia, Kompleks Malik Fahd. Percetakan ini berdiri di Bulan Safar tahun 1405 Hijriyah atau 1984 Masehi. Siapa lagi kalau bukan Raja Malik Fahd langsung yang meresmikannya. Area percetakan Al Quran ini luasnya 250 ribu meter persegi yang terdiri dari banyak bangunan. Beberapa di antaranya adalah lokasi percetakan, asrama pengurus, tempat perbaikan alat percetakan, poliklinik, cafetaria, gudang penyimpanan, bahkan terdapat tempat pemusnahan Al Qur’an yang mengalami kesalahan cetak. Seluruh proses pencetakan Al Quran dikerjakan oleh 1700 petugas teknis. Dengan kapasitas percetakan Mushaf Al Qur’an mencapai 30 juta eksemplar per tahun, maka Al Quran dalam 50 bahasa didistribusikan ke seluruh penjuru dunia. Bagi para pengunjung pria dibagikan gratis satu Al Quran. Sayangnya wanita tidak diperkenankan masuk melihat proses percetakan Al Quran. Selain Al Quran, di tempat ini juga mencetak jurnal kajian Al Qur’an dan hadits nabi.

Bagi jamaah Indonesia yang datang ke tanah suci, tidak perlu gelisah bila tidak bisa berbahasa Arab. Segala macam tempat banyak menggunakan Bahasa Indonesia mulai Money Changer atau tempat penukaran uang hingga para penjual barang kelontong. Mereka bahkan tak segan berbicara sekaligus mempraktekkan kemampuan bahasa Indonesia mereka untuk merayu jamaah Indonesia yang memang terkenal hobi berbelanja. (ysd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar